Welcome Guest ( Log In | Register )

Bump Topic Topic Closed RSS Feed
228 Pages « < 81 82 83 84 85 > » Bottom

Outline · [ Standard ] · Linear+

 Muslim Group

views
     
abu.shofwan
post Jan 1 2016, 02:21 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(LivingActive @ Dec 31 2015, 09:28 PM)
Use gregorian senang kira together with income tax
*
Senang kira, but there will be a time that we have 2x 1 muharrom in 1 gregorian year. Or in other words, there will be a time that you actually have 2x "haul" in one gregorian year (twice paying zakat in one gregorian year).
Does anyone know how they take this factor into account?
TSseiferalmercy
post Jan 1 2016, 02:22 PM

Getting Started
**
Junior Member
135 posts

Joined: May 2010


harini khutbah cakap pasal azam tahun baru

cakap pasal azam berubah kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran

sangat terkesan pada aku, rasa macam Allah tengah adress aku directly

semoga Allah menguatkan ketaqwaan kita dan mengampunkan dosa-dosa kita amin...
SUShambaallah
post Jan 1 2016, 05:40 PM

New Member
*
Junior Member
16 posts

Joined: Mar 2012
user posted image

This post has been edited by hambaallah: Jan 1 2016, 05:47 PM
Exeunt
post Jan 1 2016, 06:27 PM

Enthusiast
*****
Senior Member
828 posts

Joined: Nov 2010


hari ni khutbah, pasal rasuah.. there are many form of rasuah,
kadang2 kita fikir bukan rasuah mase tu tapi sebenarnya rasuah...xtau mcm mne nak explain...tgh mamai masa tu..haha^^
SUShambaallah
post Jan 3 2016, 03:09 AM

New Member
*
Junior Member
16 posts

Joined: Mar 2012
Hukum Jualan Kosmetik
Sep 26, 2011 Nasehat untuk Pedagang dan Pengusaha, Tanya Jawab Syariah, Fikih Kontemporer, Artikel 0

Pertanyaan, “Apa hukum menjual kosmetik wanita?”

Jawaban, “Tidak diperbolehkan menjual kosmetik yang salah satu unsur pembuatnya adalah janin manusia, tali pusar bayi dan semisalnya karena menjadikan bagian dari tubuh manusia sebagai salah satu unsur pembuatan kosmetik adalah tindakan melampaui batas terhadap anggota badan manusia yang ini merupakan perbuatan haram berdasarkan berbagai dalil syariat.

Demikian pula, tidaklah diperbolehkan memperdagangkan kosmetik yang salah satu unsur pembuatannya adalah babi atau membagai macam bangkai itu semua adalah najis. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa barang yang tidak boleh diambil manfaatnya itu tidak sah jika diperjualbelikan semisa khamar, babi, bangkai dll.

Landasan hukum untuk kaedah di atas adalah sabda Nabi,

«إِنَّ الله وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الخمْرِ وَالميْتَةِ وَالخنْزِيرِ وَالأَصْنَامِ» ثمَّ قال عند ذلك: «قَاتَلَ اللهُ اليَهُودَ إِنَّ اللهَ لَمَّا حَرَّمَ شُحُومَهَا جَمَلُوهُ(١1) ثُمَّ بَاعُوهُ فَأَكَلُوا ثَمَنَهُ»

“Sesungguhnya Allah dan rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi dan patung”. Kemudian Nabi mengatakan, “Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi tatkala Allah mengharamkan lemak bangkai mereka menjadikan lemak bangkai sebagai minyak lantas menjualnya dan menikmati hasil penjualannya” [HR Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah].

Para ulama pun telah bersepakat akan haramnya pemanfaatan lemak bangkai, pemanfaatan babi dan minyak-minyak yang bercampur dengan najis pada makanan manusia atau pun sekedar dioleskan atau dilumurkan ke badan. Dua macam pemanfaatan ini haram hukumnya sebagaimana haramnya mengonsumsi bangkai dan mengolesi badan dengan najis.

Dalilnya adalah firman Allah,

[قُل لاَّ أَجِدُ فِي مَا أُوْحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلاَّ أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَّسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ﴾[الأنعام: 145]

Yang artinya, “Katakanlah, tidaklah kujumpai dalam wahyu yang diberikan kepadaku adanya makanan yang haram melainkan bangkai, darah memancar atau daging babi. Itu semua adalah najis” [QS al An’am:145].

Demikian pula, tidaklah diperbolehkan memperjualbelikan kosmetik yang menyebabkan rusaknya wajah semisal menimbulkan noda hitam di wajah atau pun menyebabkan timbulnya berbagai penyakit kulit pada bagian tubuh yang lain dikarenakan kosmetik tersebut mengandung materi kimiawi yang merusak kulit. Segala sesuatu yang membahayakan itu terlarang digunakan dan terlarang untuk diperjualbelikan karena Nabi bersabda,

«لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ»

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri atau pun orang lain” [HR Ibnu Majah dari Ibnu Abbas. Dinilai sahih oleh al Albani di al Irwa’].

Jika sebuah kosmetik itu bersih dari unsur yang haram, najis atau membahayakan badan maka pada dasarnya boleh dipergunakan oleh para wanita selama wanita tersebut hanya menampakkan kosmetik tersebut kepada orang-orang tertentu yang Allah izinkan. Termasuk kosmetik dalam hal ini adalah berbagai bentuk parfum.

Akan tetapi seorang muslimah haram memakai parfum dalam tiga keadaan:

Pertama, saat dalam kondisi ihram haji atau umroh. Dalilnya adalah sabda Nabi mengenai orang yang dalam kondisi berihram

«…وَلاَ تَلْبَسُوا شَيْئًا مَسَّهُ زَعْفَرَانُ وَلاَ الوَرْسُ»

“Tidak boleh memakai kain yang dicelup dengan za’faran atau waras [nama parfum dan pewarna kain, pent]” [HR Bukhari dari Ibnu Umar].

Ketentuan yang ada dalam hadits tersebut bersifat umum sehingga berlaku untuk laki-laki maupun perempuan.

Kedua, saat berkabung karena meninggalnya suami. Nabi bersabda,

«لاَ يَحِلُّ لامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلاَثٍ إِلاَّ عَلَى زَوْجٍ فَإِنَّهَا تُحِدُّ عَلَيْهِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا»

“Tidaklah halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung [baca: tidak berparfum, pent] atas meninggalkan seseorang lebih dari tiga hari kecuali jika yang meninggal adalah suaminya maka dia wajib berkabung selama empat bulan sepuluh hari” [HR Bukhari dan Muslim dari Ummu Habibah].

Ketiga, ketika keluar rumah meski dengan tujuan mau ke masjid. Jika hendak keluar rumah seorang muslimah harus menghilangkan bau parfum yang melekat pada badannya. Seorang muslimah yang keluar rumah dalam keadaan memakai parfum dan dalam keadaan berhias itu tergolong dosa besar meski diizinkan oleh suami mengingat sabda Nabi,

«أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِقَوْمٍ لِيَجِدُوا رِيحهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ»

“Jika seorang wanita mengenakan parfum lantas melewati sekumpulan laki-laki dengan maksud agar mereka mencium semerbak wangi dirinya maka dia adalah pelacur” [HR Abu Daud dan Tirmidzi dari Abu Musa al Asy’ari, dinilai sahih oleh al Albani dan dinilai hasan oleh Muqbil al Wadi’i].

Nabi juga bersabda,

«إِذَا شَهِدَتْ إِحْدَاكُنَّ المسْجِدَ، فَلاَ تَمَسَّ طِيبًا»

“Jika salah satu kalian, para muslimah, mau pergi ke masjid maka janganlah dia memaki parfum” [HR Muslim dari Zainab, istri dari Abdullah bin Mas’ud].

Seharusnya seorang muslimah itu berdandan dan memakai parfum hanya untuk suaminya ketika berada di rumah, bukan ketika keluar rumah tempat mana pun yang akan dia tuju.

Hukum jual beli kosmetik dan alat kecantikan bisa kita rinci sebagai berikut:

Pertama, berjual beli kosmetik dan alat kecantikan dengan seorang wanita yang kita ketahui dia akan menggunakan kosmetik yang dia beli untuk dipamerkan di luar rumah, dalam kondisi ini jual beli hukumnya terlarang karena tergolong tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran syariat mengingat sabda Nabi,

«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»

“Tidaklah kutinggalkan setelah kematian suatu sumber penyimpangan yang lebih berbahaya bagi laki-laki dibandingkan wanita” [HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid].

Nabi juga bersabda,

«فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةَ بَنِي إِسْرَائيلَ كَانَتْ في النِّسَاءِ»

“Waspadalah dengan godaan dunia dan waspadalah dengan godaan wanita karena sesungguhnya kerusakan Bani Israil itu pertama kali disebabkan oleh wanita” [HR Muslim dari Abu Said al Khudri].

Kedua, jual beli alat kecantikan dengan wanita yang kita ketahui dia hanya akan mempergunakan apa yang dia beli untuk berdandan dan berhias yang dibenarkan oleh syariat, hukum jual beli ini tentu saja tidak mengapa.

Ketiga, jika kita tidak tahu secara pasti bentuk penggunaan seperti apa yang akan dilakukan oleh pembeli dengan kosmetik dan alat kecantikan yang dia beli, hukum jual beli dalam kondisi ini perlu dirinci sebagai berikut dengan menimbang kondisi yang dominan di masyarakat terkait penggunaan kosmetik dan alat kecantikan:

jika mayoritas anggota masyarakat menggunakannya untuk berhias dan berdandan yang dibenarkan oleh syariat maka hukum jual beli kosmetik dan alat kecantikan dengan orang yang tidak kita ketahui secara pasti bentuk penggunaan seperti apa yang akan dia pilih itu diperbolehkan.

Namun jika umumnya anggota masyarakat menggunakannya dengan penggunaan yang tergolong melanggar syariat maka tidak boleh berjual beli dengan orang yang tidak kita ketahui secara pasti akan menggunakan apa yang dia beli dalam penggunaan yang tidak melanggar syariat.


Dua rincian ini ditetapkan dengan menimbang kaedah dalam ilmu fikih:

«الحُكْمَ لِلْغاَلبِ،ِ وَالنَّادِرُ لاَ حُكْمَ لَهُ»

“Penilaian itu mengacu kepada unsur yang dominan. Hal yang langka-langka terjadi itu tidak mempengaruhi penilaian”

«مُعْظَمُ الشَّيْءِ يَقُومُ مَقَامَ كُلِّهِ»

“Unsur dari sesuatu yang paling mendominasi itu kita statuskan sebagaimana sesuatu itu sendiri”.

Al Qarafi al Maliki mengatakan, “Pada dasarnya yang menjadi acuan penilaian yang hal yang dominan. Itulah yang lebih didahulukan dari pada hal yang langka terjadi. Inilah kaedah syariat sehingga kita menangkan unsur yang dominan terkait kesucian air dan transaksi yang dilakukan oleh kaum muslimin. Demikian pula persaksian menyudutkan seorang terhadap musuhnya itu tidak dianggap karena mayoritas tindakan orang yang menjadi musuh itu berupaya menzalimi musuhnya. Sangat banyak contoh penerapan kaedah di atas dalam berbagai hukum syariat sampai-sampai tidak bisa kita hitung karena demikian banyaknya contoh tersebut”[al Furuq 4/104].

Jika kondisi masyarakat adalah kondisi yang kedua maka dalam kondisi ini yang terbaik baik pedagang kosmetik dan alat kecantikan -jika tidak mampu menyaring konsumen yang dilayani- adalah beralih profesi kepada profesi yang lebih selamat secara tinjauan agama meski kurang menjanjikan keuntungan.

Namun jika pelanggaran syariat soal berdandan dan berhias di suatu masyarakat itu jarang terjadi dan tidak menyebar luas dan penjual tidak tahu pasti kondisi konsumennya maka dalam kondisi ini penjual boleh menjual barang dagangannya kepada konsumen tersebut dengan pertimbangan bahwa umumnya anggota masyarakat tidak melakukan pelanggaran dalam masalah ini.

Meski demikian jika ada konsumen yang kondisi lahiriahnya sangat diragukan apakah dia tidak akan melanggar syariat dengan kosmetik dan alat kecantikan yang dia beli maka penjual hendaknya tidak melayani konsumen semacam itu dalam rangka mengamalkan hadits Nabi,

«دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ»

“Tinggalkan hal-hal yang meragukan dan lakukan saja hal-hal yang tidak meragukan” [HR Tirmidzi, Nasai da Ahmad dari al Hasan bin Ali, dinilai sahih oleh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq beliau untuk Musnad Ahmad, al Albani di al Irwa dan Muqbil al Wadii dalam as Sahih al Musnad].

Perlu diketahui bahwa transaksi jual beli kosmetik dan alat kecantikan yang mubah tidaklah sah jika dilakukan bersama orang yang kita ketahui akan menggunakannya dalam kemaksiatan atau menggunakannya dalam hal yang Allah haramkan meski ketika itu penjual memberikan nasihat kepada pembeli atau calon pembelinya tersebut agar tidak mempergunakan barang yang dibeli untuk bermaksiat karena pada dasarnya kita nilai orang tersebut berdasarkan kondisinya yang sudah sudah sampai ada fakta bahwa orang tersebut sudah berubah. Sedangkan adanya nasihat dalam kondisi ini bukanlah fakta dan bukti bahwa dia telah berubah karena nasihat itu boleh jadi diterima atau tidak diterima. Sehingga tidak mungkin mengadakan transaksi jual beli yang sah dengan orang tersebut sampai terdapat bukti bahwa kondisi konsumen sudah berubah karena dia mau menerima nasihat dan mengamalkannya”.

Referensi: http://www.ferkous.com/rep/Bi163.php

Artikel www.PengusahaMuslim.com

This post has been edited by hambaallah: Jan 3 2016, 03:11 AM
mt24
post Jan 5 2016, 10:38 AM

Casual
***
Junior Member
499 posts

Joined: Aug 2015
From: planet namek


todey i am so angry.

yesterday i donut to a beggar, he looks so old and pitiful
but today i saw him smoking!!
mad.gif

I hate to see beggar smoking, he is a beggar and he suppose cant afford smoking!

see i am no ikhlas donut to him already.

Allah pls forgive me cry.gif
mt24
post Jan 5 2016, 10:40 AM

Casual
***
Junior Member
499 posts

Joined: Aug 2015
From: planet namek


QUOTE(xein @ Dec 30 2015, 07:16 PM)
Dalam pembahagian harta mengikut faraid, perempuan memang mendapat bahagian yang sedikit berbanding lelaki.
Antara mengapa ini berlaku:
1. Lelaki bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarga berbanding perempuan.
2. Perempuan adalah ditanggung oleh suami.

Namun permasalahan tuntutan harta yang dilihat tidak mengambil kira permasalahan lain eloklah diselesaikan setelah menerima pembahagian secara faraid.
Ahli keluarga masih boleh berbincang bagaimana untuk membantu ahli lain.
*
nak tambah,

perempuan apabila memiliki harta, harta nya adalah untuk dirinya sahaja. perempuan x wajib bagi pada anak anak. beliau boleh pakai untuk diri sendiri semata mata.
manakala lelaki, apabila memperoleh harta, beliau wajib menanggung anak, isteri, ibu, dan adik beradik perempuan.
tanggungjawab lelaki adalah berat, sebab tu bahagian dia besar.
SUShambaallah
post Jan 6 2016, 06:37 PM

New Member
*
Junior Member
16 posts

Joined: Mar 2012
kenapa dividen asb bukan riba?
EncikP
post Jan 6 2016, 06:51 PM

New Member
*
Junior Member
14 posts

Joined: Jan 2014
kenapa die riba? unsure.gif
EarendurFefalas
post Jan 6 2016, 08:20 PM

Getting Started
**
Junior Member
155 posts

Joined: Sep 2012


dari apa yang aku pernah baca/faham (kalau salah tolong tunjukkan)
investment ada untung dan rugi
dividen akan jadi riba kalau dia janji pasti untung
selain tu, kalau dia invest kepada benda haram seperti rokok/arak/judi maka investment itu pon dikira haram

QUOTE(EncikP @ Jan 6 2016, 06:51 PM)
kenapa die riba?  unsure.gif
*
nak senang cerita
http://www.zaharuddin.net/pelaburan-&-pern...-kemaskini.html

QUOTE(hambaallah @ Jan 6 2016, 06:37 PM)
kenapa dividen asb bukan riba?
*
aku pon tak sure
TSseiferalmercy
post Jan 6 2016, 08:44 PM

Getting Started
**
Junior Member
135 posts

Joined: May 2010


QUOTE(EarendurFefalas @ Jan 6 2016, 08:20 PM)
dari apa yang aku pernah baca/faham (kalau salah tolong tunjukkan)
investment ada untung dan rugi
dividen akan jadi riba kalau dia janji pasti untung
selain tu, kalau dia invest kepada benda haram seperti rokok/arak/judi maka investment itu pon dikira haram
nak senang cerita
http://www.zaharuddin.net/pelaburan-&-pern...-kemaskini.html
aku pon tak sure
*
aku pun dengar camtu gak

tapi kebanyakan dari orang islam kat malaysia no tak ambik kisah bab riba-riba ni

sebab takde kesedaran agama
SUShambaallah
post Jan 6 2016, 11:47 PM

New Member
*
Junior Member
16 posts

Joined: Mar 2012
Selain itu, sebarang pelaburan yang mempunyai elemen seperti ini (jaminan modal oleh si pengusaha atau jaminan untung atau kedua-daunya sekali) adalah sebenarnya pinjaman dengan riba (dalam bentuk untung dan modal yang dijamin, ia adalah sama dengan orang memberi pinjam duitnya kepada individu B, pada tempoh tertentu, modal mesti terjamin, untung juga terjamin).

Jaminan pulangan ini menjadikan ia berteraskan konsep pinjaman wang dengan faedah (interest) yang dijamin. Ia adalah haram secara sepakat.
sumber: http://zaharuddin.net/pelaburan-&-perniaga...sb-jawapan.html

Objektif Untuk menjana pulangan jangka panjang yang kompetitif dan konsisten kepada pemegang-pemegang unit di samping memastikan pengekalan modal pada tahap toleransi risiko yang minimum.
sumber: http://www.asnb.com.my/v3_/asnbv2_2funds.php#asb
» Click to show Spoiler - click again to hide... «


Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ( Al-Baqarah : 275 )

This post has been edited by hambaallah: Jan 6 2016, 11:47 PM
SUShambaallah
post Jan 7 2016, 12:56 AM

New Member
*
Junior Member
16 posts

Joined: Mar 2012
if malas dgr the first 3 minutes




This post has been edited by hambaallah: Jan 7 2016, 01:01 AM
EarendurFefalas
post Jan 7 2016, 03:38 AM

Getting Started
**
Junior Member
155 posts

Joined: Sep 2012


QUOTE(hambaallah @ Jan 7 2016, 12:56 AM)
if malas dgr the first 3 minutes


*
amboi mula2 tanya, sekali dia lari terer dari kita semua

nampak tak permainan dia icon_idea.gif
seventwo
post Jan 7 2016, 08:15 AM

Enthusiast
*****
Junior Member
722 posts

Joined: Dec 2009

Panel syariah ASB kata halal. (aku pernah baca, halal selagi mana pelaburan itu disalurkan kpd tempat halal, tapi masalahnya sampai skrg taktahu asb labur kat mana. Makanya halal bersyarat, tp pihak ASB terus claimed halal)
Panal syariah bebas kata haram.

Ada dua pendapat. Orang awam nak taklid ikut mana? hmm.gif

Btw, bagaimana pula dgn konsep unit trust? Bukan sama dgn ASB? Kita bagi investor duit kita, dia melabur utk dapatkan keuntungan. Modal dijamin selamat. Bezanya kita boleh pilih kat mana kita nak melabur, berdasarkan senarai yg diberikan oleh pihak investor.

This post has been edited by seventwo: Jan 7 2016, 08:27 AM
awie666
post Jan 7 2016, 09:39 AM

Getting Started
**
Junior Member
156 posts

Joined: Aug 2009
From: Bukit antarabangsa


QUOTE(hambaallah @ Jan 6 2016, 06:37 PM)
kenapa dividen asb bukan riba?
*
asb tu halal ke? sweat.gif
EncikP
post Jan 7 2016, 10:06 AM

New Member
*
Junior Member
14 posts

Joined: Jan 2014
QUOTE(EarendurFefalas @ Jan 7 2016, 03:38 AM)
amboi mula2 tanya, sekali dia lari terer dari kita semua

nampak tak permainan dia  icon_idea.gif
*
laugh.gif
EncikP
post Jan 7 2016, 10:08 AM

New Member
*
Junior Member
14 posts

Joined: Jan 2014
QUOTE(hambaallah @ Jan 6 2016, 11:47 PM)
Selain itu, sebarang pelaburan yang mempunyai elemen seperti ini (jaminan modal oleh si pengusaha atau jaminan untung atau kedua-daunya sekali) adalah sebenarnya pinjaman dengan riba (dalam bentuk untung dan modal yang dijamin, ia adalah sama dengan orang memberi pinjam duitnya kepada individu B, pada tempoh tertentu, modal mesti terjamin, untung juga terjamin).

Jaminan pulangan ini menjadikan ia berteraskan konsep pinjaman wang dengan faedah (interest) yang dijamin. Ia adalah haram secara sepakat.
sumber: http://zaharuddin.net/pelaburan-&-perniaga...sb-jawapan.html

Objektif Untuk menjana pulangan jangka panjang yang kompetitif dan konsisten kepada pemegang-pemegang unit di samping memastikan pengekalan modal pada tahap toleransi risiko yang minimum.
sumber: http://www.asnb.com.my/v3_/asnbv2_2funds.php#asb
» Click to show Spoiler - click again to hide... «


Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ( Al-Baqarah : 275 )
*
kalau ikut table tu ade naik turun, bukan? hmm.gif
xein
post Jan 7 2016, 02:00 PM

New Member
*
Junior Member
25 posts

Joined: Feb 2010
Apa itu riba?
EarendurFefalas
post Jan 7 2016, 02:09 PM

Getting Started
**
Junior Member
155 posts

Joined: Sep 2012


QUOTE(EncikP @ Jan 7 2016, 10:08 AM)
kalau ikut table tu ade naik turun, bukan?  hmm.gif
*
kalau ikut link zaharuddin tu dia kata bila ada gerentor maka investment tu "pasti tak rugi" so kira tabule

228 Pages « < 81 82 83 84 85 > » Top
Topic ClosedOptions
 

Change to:
| Lo-Fi Version
0.0396sec    0.38    6 queries    GZIP Disabled
Time is now: 16th December 2025 - 10:49 AM