if they can change most of the schedules right now, why not? (now super league main hari isnin? wtf is this) is this going to accomodate local fans too? naahh i dont agree.even playing midweeks game is a bad idea.especially for those living in the city.
( IF )there's a graph on selangor's attendance i believe there will be differences on midweek vs weekend games. (exemption on big matches). atleast this is from what i see for the past 2011 games. (am not going to compare on KL, or stadium kelana jaya cuz attendance there just too low, no offence ye)
less attendance = affect sponsors.
why not try to compare at others ground like terengganu, perak, kedah? (kelantan always full house no matter what

) anyone interested to study on this? hehehe
arab is just an example, they can accomodate fans, media , sponsors2 etc . instead of studying the english league whch has nothing to do with our system, why not study the arab's one? it's just an idea
and as far as i knew, most of the professional league in the country
1. training only once a day every week during normal months
2. &DO train on the ramadhan.
so over there i dont see any problem regarding the performances.
instead of wasting the club's money to pay one whole month + cuti raya (atleast 1 or 2 weeks) without playing a single game and just do friendly over here and there (which of course no players will be going all out = this also can affects player's performance) at least clubs also can benefit from it financially. 2-4 matchdays during ramadhan i think will make differences.
the idea of late kick off is just to trigger the thoughts on this. even national team also do play friendly over oman last year
( i still remember watching live streaming late morning near to sahur i think = late kick off at oman.)..
yeah might be argument on fans,tarawikh, media etc etc..thats y i said there's a need to study on this.
is it just us or everyone else? IDK.just an idea.
incase u interested on this, Indonesia implemented the ramadhan late kickoff 2008/09 (ISL first season, kick off july 2008 i think)
p/s an article on this, understandable indonesian language. no worries.
» Click to show Spoiler - click again to hide... «
PADA 6 September 2008, sejarah baru tercipta di pentas sepak bola Indonesia. Untuk kali pertama, kompetisi sepak bola nasional digulirkan pada bulan Ramadan. Laga Persik Kediri lawan PSM Makassar di Stadion Brawijaya, Kediri, menjadi pembuka.
Awalnya, banyak pihak yang tidak yakin dengan gebrakan BLI tersebut. Banyak yang meragukan kualitas pertandingannya. Tidak sedikit pula yang pesimistis dengan antusiasme penonton.
Tapi, prediksi tersebut langsung terbantahkan di hari pertama pertandingan saat Ramadan. Duel Persik kontra PSM berjalan menarik. Bahkan, tuan rumah nyaris dipermalukan tim tamu.
Penonton yang hadir di Stadion Brawijaya pun tidak bisa dibilang sedikit. Dari data BLI, tercatat ada enam ribu penonton. Di lapangan jumlahnya jelas berbeda. Sebab, waktu itu nyaris seluruh tribun Brawijaya terisi. Kapasitas stadion kebanggaan publik Kota Tahu itu sendiri berkisar 15.000 penonton.
Secara keseluruhan, pertandingan pada Ramadan berlangsung seru. Dari 37 laga selama Ramadan, lahir 94 gol. Artinya, di setiap pertandingan rata-rata 2,5 gol diciptakan.
Di Ramadan pula tercatat rekor kemenangan terbesar di ISL 2008/2009. Rekor itu dibukukan Persija Jakarta saat menekuk PSIS lima gol tanpa balas pada 7 September lalu. Kemenangan Persija itu melampaui catatan Persijap Jepara ketika melumat Persiba Balikpapan 5-1 pada 9 Agustus lalu.
"Berat memang menjalani kompetisi pada Ramadan. Tapi, justru pertandingannya sangat menantang. Saya rasa bukan sesuatu yang salah jika langkah ini dilanjutkan," ujar pelatih PSM Raja Isa yang berasal dari Malaysia.
Jumlah gol bukan satu-satunya alasan bahwa pertandingan di bulan Ramadan tetap menarik. Fakta kemenangan yang direngkuh tuan rumah juga menjadi alasan lain.
Dari 37 pertandingan, ternyata tuan rumah tak selalu mendominasi. Tuan rumah hanya mampu menguasai 18 pertandingan. Sepuluh pertandingan justru menjadi milik tim tamu. Sedangkan sembilan laga berakhir seri.
Uniknya, mereka yang rontok di kandang adalah tim-tim besar, seperti Arema Malang, Persija, dan PSM. Arema ditekuk PKT Bontang 1-2 pada 13 September. Persija dibekuk Persik 1-3 (26/9). Skor kekalahan yang sama juga diderita PSM ketika menjamu Persela Lamongan (15/9).
"Pertandingan di Ramadan menyadarkan kami bahwa tidak ada tim yang superior. Kekalahan dari Persik mengingatkan kami bahwa masih banyak hal yang harus kami evaluasi," sebut Danurwindo, pelatih Persija.
Yang tak kalah menarik adalah jumlah penonton yang hadir di stadion selama Ramadan. BLI mencatat ada 363.816 penonton. Jika dirata-rata, setiap pertandingan dihadiri sekitar 9.832 penonton. Jumlah itu tidak kecil. Sebab, rata-rata stadion di Indonesia berkapasitas 15 ribu. Jadi, jumlah tersebut sama dengan separo lebih kapasitas stadion.
Sayang, meski menarik, banyak catatan yang menyertai gelaran ISL selama Ramadan. Di antaranya adalah kerusuhan di Malang dan Makassar. Ketika Arema dikalahkan PKT, ofisial dan pemain Singo Edan (julukan Arema) melampiaskan kekesalan dengan bertindak anarkis kepada wasit. Aksi tersebut membuat emosi ribuan pendukung Arema tersulut hingga mereka turun ke lapangan.
Keributan itu pun berbuntut dengan diskorsnya tiga anggota Arema. Sang manajer Ekoyono dilarang aktif di sepak bola nasional selama enam bulan. Kiper muda Kurnia Meiga Hermansyah diskors 12 bulan. Sedangkan striker Emille Mbamba dihukum lima tahun.
Kerusuhan lebih parah meletus di Makassar. Tak terima timnya kalah dari Persela, ribuan suporter PSM masuk ke lapangan. Mereka merusak beberapa fasilitas stadion, seperti pagar pembatas, tembok stadion, gawang, maupun papan iklan.
Pertandingan ISL di bulan Ramadan juga memakan korban. Itu menyusul meninggalnya suporter Persitara Jakarta Utara Dian Rusdiana setelah mendukung tim kesayangannya melawan Pelita Jaya Jawa Barat di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Dian meninggal setelah diserang oknum suporter Jakmania (pendukung Persija) dalam perjalanan pulang.
"Cukup disayangkan memang kejadian tersebut. Tapi, kami tidak bisa mengevaluasi hal tersebut lebih dalam. Sebab, itu sudah melibatkan aspek sosial yang lebih luas," tutur Joko Driyono, direktur kompetisi BLI.
Menurut Joko, terlepas dari itu semua, yang terpenting bagi BLI adalah pertandingan tetap berjalan menarik dan diminati publik. "Parameternya tentu saja banyaknya orang yang terlibat di dalamnya. Kami sudah cukup senang dengan hal tersebut," ucap Joko. (JP)

yap. midweek games also is not ideal. Thats why i support the team reduction so that we can move all the matches to the weekends only.
along with the puasa month, scheduling for the Malaysia Cup is also tricky. Like fd_totti mentioned, it will be tight in term of cash-flow for smaller teams if they don't qualify for the Malaysia Cup. that's mean 3 months without football with full overhead liability. On the other hand, holding the cup simultaneously with the league will somehow degrade the tournament which will be a waste because Malaysia Cup probably the most prestigious tournament for FAM.
i think FAM and all of us must bite the bullet and spread the league the whole year. the amount of games would still be the same but at least all team can be sure of holding games all year round.
and if we want to reduce the level of fixture congestion and give more opportunity for national team training camp and friendlies, we have no choice but to reduce the size of the league and even Malaysia Cup.
i still dont agree we should hold matched on Ramadhan months though. felt not right. it will be just newspaper matches. something that all parties, the fans, media, officials and players felt halfhearted to attend because they felt they should be somewhere else instead.
but i really really regret that decision regarding promotion and relegation still not even confirmed after more than half of the league matches already played...