Welcome Guest ( Log In | Register )

Bump Topic Topic Closed RSS Feed
17 Pages « < 8 9 10 11 12 > » Bottom

Outline · [ Standard ] · Linear+

 Muslim Group

views
     
abu.shofwan
post Apr 25 2017, 04:31 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


purposefully not doing your prayers

the ulamas are divided as to the ruling on this issue. some say you have to do qadha, some say you can't... i myself believe the latter is stronger/closer to the truth.

one of the fatwas related to this as follow:

Fatwa Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan

Soal:

Selama hidup saya sebagian besarnya saja jalani tanpa pernah mengerjakan shalat, apa yang harus saya lakukan sekarang? Apakah meng-qadha-nya ataukah ada kafarah ataukah taubat? Jika qadha bagaimana caranya saya meng-qadha semuanya? Ataukah ada cara lain?

Jawab:

Yang wajib bagi anda sekarang adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjaga shalat di sisa hidup anda. Dan hendaknya anda bersungguh-sungguh dalam bertaubat dengan menunaikan semua syarat-syaratnya, yaitu

Menyesal atas dosa yang telah dilakukan
Berhenti dari dosa yang dilakukan dan mewaspadainya
Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut

Jika anda telah benar-benar bertaubat dan senantiasa melakukan ketaatan pada sisa hidup anda dan senantiasa melaksanakan shalat, maka itu cukup bagi anda insya Allah. Dan anda tidak perlu meng-qadha shalat-shalat yang terlewat karena anda meninggalkannya dengan sengaja. Dan ini sebenarnya sebuah kekufuran terhadap Allah ‘azza wa jalla. Karena menurut pendapat yang tepat dari perselisihan yang ada diantara para ulama, meninggalkan shalat dengan sengaja membuat pelakunya keluar dari Islam walaupun ia tidak menganggap meninggalkan shalat itu boleh.


Sumber: https://muslim.or.id/16796-fatwa-ulama-dahu...-dilakukan.html
abu.shofwan
post May 29 2017, 02:28 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


https://forum.lowyat.net/topic/4303827

this topic sparked some discussions and feedback, which I think would have been better had it been done here.

But I'll just re-post the two graphs posted, which I think is very useful...


Attached thumbnail(s)
Attached Image Attached Image
abu.shofwan
post May 30 2017, 11:48 AM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(Mubarak90 @ May 30 2017, 11:31 AM)
Based on the image, yes. But not 100% sure about Malaysian Fatwa on the issue. Probably due to it not being necessary and the affect towards oneself after donating blood especially during fast. Allahu a'lam.
*
this is based on the ruling of "bekam" (which in english is "cupping"?) will invalidate your fast.
however, it should be noted that the ulama are divided in this respect. some agree and some oppose, with both having their solid reasoning based on dalil/hadeeth.
those that oppose, says the hadeeth (which says that the one who is cupped and the one doing the cupping, their fasts are invalidated, and so on) were already over-ruled (superceded) by other hadeeth.
Those that agree.... well actually I have little knowledge of their basis.
maybe others can share info.
But for me, since I know only of the opposing reasons, I believe it is not "batal" to do it... well, unless you donate too much that you end up requiring nutritional intervention smile.gif
abu.shofwan
post Jun 1 2017, 03:32 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(WinkyJr @ Jun 1 2017, 10:36 AM)
ujub, riak, takabbur

sekali kita buat, hilang segala amalan kebaikan yg kita pernah buat. nil, zero, nada.
tp kalau kita taubat? adakah amalan yg hilang tu di return balik or consider gone forever?
*
i think those are syirik kecil, not syirik besar. syirik besar means ALL your prior good deeds will be gone with the winds, gone in 60 seconds, gone girl

If i remember correctly... for riak, the amal where you are doing it for other than Allah, then that will be for nothing. your other amals, though, remain.

however, even though it doesn't invalidate your other deeds, you would still be committing a sin that is greater than the greatest of the non-syirik sins. I mean to say, dosa syirik kecil lagi besar daripada dosa besar (selain syirik) yang paling besar sekalipun.

Ibnu Mas'ud once said that if he had to choose, he would rather give false testimony under oath to Allah, than give truthful testimony under oath not to Allah. And as we know, giving false testimony is one of the greater sins a muslim can commit.
abu.shofwan
post Jul 25 2017, 08:54 AM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(Mubarak90 @ Jul 24 2017, 05:11 PM)
Well, I do think it is 27x better compared to doing solat alone, instead of 1 solat = 1 pahala (alone) / 27 (jamaah).

He do jamaah at home, he still get the benefit of 27x, but he does misses the benefit of each step going to masjid/surau to perform the solat jamaah and the benefit of following in the sunnah of Rasulullah S.A.W.

I heard about that hadeeth too, but Rasulullah S.A.W. (and probably also the Khulafa' ar-Rasyidin) never burnt anybody's house that didn't do solat jamaah, so it's more towards telling how important it is doing solat jamaah rather than an actual threat.

If my post contains wrong information, do correct me. Thanks.
*
Agree with you, there are a lot of benefits one gains by performing the prayers in congregation at the masjid. Obviously one misses out on those when doing it at home. Additionally, a lot of ulama has stressed that it is extremely important to do the prayers in the masjid. The masjid was built so that people pray in them (menghidupkan masjid, anyone?) - so why build it in the first place if we can all just pray at home.

Anyway, some ulama have the opinion that doing congregational prayer at home will not earn you the 27x reward if the masjid is accessible. Anyway, below are some quotes that support this position and that praying in the masjid is obligatory.

Apakah orang yang shalat jama’ah di rumah bersama anak atau saudaranya -misalnya- akan mendapatkan keutamaan 27 derajat? Apakah shalat seperti ini dinamakan shalat jama’ah?

Quote:
Yang nampak jelas dari dalil (hadits) bahwa keutamaan 27 derajat yang dimaksudkan adalah untuk mereka yang melakukan shalat jama’ah di masjid atau untuk mereka yang melakukan shalat jama’ah, namun mereka tidak memiliki masjid atau pula untuk orang yang terkena udzur syar’i sehingga tidak bisa pergi ke masjid, lalu orang-orang yang kena udzur seperti ini shalat di rumah. (Inilah mereka yang berhak mendapat keutamaan 27 derajat tadi).

Adapun orang yang sebenarnya mampu ke masjid, namun dia tetap shalat jama’ah di rumah atau ladangnya atau tempat lainnya, mereka tidak akan mendapatkan keutamaan 27 derajat ini.
Wal ‘ilmu ‘indallah.

Ketua Al Lajnah Ad Da’imah: Syaikh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz.

Ibnul Qayyim –rahimahullah- dalam “Kitab Shalat”:

“Siapapun yang memperhatikan sunnah dengan baik, akan jelas baginya bahwa mengerjakannya di masjid hukumnya fardhu ain. Kecuali jika ada halangan yang membolehkannya untuk meninggalkan shalat jumat dan shalat berjamaah. Maka tidak datang ke masjid tanpa uzur, sama dengan meninggalkan shalat berjamaah tanpa uzur. Dengan demikian saling bersepakatlah hadis-hadis dan ayat-ayat.”

Dan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan sampai kabarnya kepada penduduk Mekah, Suhail bin Amr berkhutbah –ketika itu Itab bin Usaid menjadikannya gubernur di Mekkah, ia sembunyi dari mereka karena takut. Kemudain Suhail mengeluarkannya saat penduduk Mekah telah kuat dalam Islam- kemudian Itab bin Usaid berkhutbah, “Wahai penduduk Mekah, tidak sampai kepadaku salah seorang diantara kalian yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid kecuali akan dipukul lehernya.” Para sahabat Nabi pun berterima kasih kepadanya atas perbuatan ini dan semakin menambah derajatnya di mata mereka. Dan yang aku yang yakini, tidak boleh seorang pun meninggalkan jamaah di masjid kecuali kerena uzur, wallahu ‘alam bish-shawab.”


Sumber : https://rumaysho.com/749-apakah-orang-yang-...derajat199.html


QUOTE(monara @ Jul 24 2017, 10:01 PM)
Nice answer there.
In addition, solat at masjid can niat iktikaf
*
Bro, can explain a bit more on the iktikaf part? To be honest, I am not experienced in iktikaf and know very little of it.
abu.shofwan
post Jul 26 2017, 03:34 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


when emotion clouds one's senses during a debate, then the debate turns into attacks where each party no longer debates for the sake of finding the truth, but merely to prove themselves right and the other side wrong. The debate itself will be deprived of, or at least be scarcely supported with, facts or knowledge and what not.

If one party argues with "I feel that..." or "In my opinion..." then the debate is no longer scientific. Why should one party's feeling or opinion matter more than the other, anyway? Compare that with someone saying "Based on Newton's law..." (for worldly debate) or "Allah has stated in the Quran that..." (for matters of Islam)

----rant over----

now come, bothers and sisters, refer some dalil related to debates I found with the help of uncle google... obviously, you should not just take these at face value... recommend you to read the article (source is quoted below).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ

Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat. [HR. Bukhâri, no. 2457; Muslim, no. 2668; dll]


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. [HR. Abu Dawud, no. 4800; dishahîhkan an-Nawawi dalam Riyâdhus Shâlihîn, no. 630 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni di dalam ash-Shahîhah, no. 273]


Sumber: https://almanhaj.or.id/3360-bicara-tanpa-pahala.html

This post has been edited by abu.shofwan: Jul 26 2017, 03:34 PM
abu.shofwan
post Jul 26 2017, 04:47 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(Mubarak90 @ Jul 26 2017, 04:38 PM)
A lot of people really see the issue is between Wahhabi and Ahlul Bid'ah. All I saw, is between people who shares the same kalimah "La Ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah". One side thinks the other side is "disgusting" for doing bid'ah or something not done by the Prophet or his Sahabah. While the other side thinks the other side is "Ignorant and khawarij" for trying to spread that learning and interpreting from the books by yourself is sufficient without needing to learn from an actual teacher on what was meant by the author of the books. Sad...
*
If one claims to be within the so called "wahabi" stream, they would not feel disgust. They are supposed to do things out of their love for Allah, in kindness... Although they can take a firm and stern stand, but never hateful n disgust towards the persons. It is a kin to hating the act of sin, but not hating the sinner.

Would like to quote a post I got through whatsapp. I don't have the books to verify this myself, perhaps other knowledgeable peeps would chip in and confirm.

ALIRAN WAHABI ❓❓

✒SEBUAH RISET ILMIYAH ✍
-----------------------------------------------

Wajib diketahui oleh setiap Muslimin dimanapun mereka berada bahwasanya firqah Wahabi adalah Firqah sesat, yang ajarannya sangat berbahaya sehingga wajib dihancurkan.

Tentu hal ini membuat kita bertanya-tanya, mungkin bagi mereka yang PRO akan merasa marah dan sangat tidak setuju, dan yang KONTRA mungkin akan tertawa sepuas-puasnya.

Maka siapakah sebenarnya Wahabi ini?
Bagaimanakah sejarah penamaan mereka?

Mari kita simak dialog ilmiah yang sangat menarik antara Syaikh Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir dengan para masyaikh/dosen-dosen di sebuah Universitas Islam di Maroko.

Salah seorang Dosen itu berkata: “Sungguh hati kami sangat mencintai Kerajaan Saudi Arabia, demikian pula dengan jiwa dan hati kaum muslimin pada umumnya, dimana setiap kaum muslimin sangat ingin pergi kesana, bahkan antara kami dengan kalian sangat dekat jaraknya. Namun sayang, kalian berada diatas suatu Madzhab, yang kalau kalian tinggalkan tentu akan lebih baik, yaitu Madzhab Wahabi.”

Kemudian Asy Syaikh dengan tenangnya menjawab: “Sungguh banyak pengetahuan yang keliru melekat dalam pikiran manusia, yang mana landasan pengetahuan tersebut tidak bersumber dari referensi terpercaya, dan mungkin kalian pun mendapat isu/kabar yang tidak tepat dalam hal ini.

Baiklah, agar pemahaman kita menyatu dalam bingkai syar'i, maka saya minta kepada kalian dalam diskusi ini agar mengeluarkan argumen-argumen yang diambil dari sumber-sumber yang terpercaya, dan saya rasa di Universitas ini terdapat perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab sejarah islam terpercaya. Dan juga hendaknya kita semaksimal mungkin menjauhi sifat Fanatisme dan Emosional.”

Dosen itu berkata : “saya setuju denganmu, dan biarkanlah para Masyaikh yang ada dihadapan kita menjadi saksi dan hakim diantara kita.”

Asy-Syaikh berkata : “saya terima, setelah bertawakal kepada Allah, saya persilahkan anda melontarkan masalah sebagai pembuka diskusi kita ini.”

Dosen itu pun berkata : “Baiklah kita ambil satu contoh, ada sebuah fatwa yang menyatakan bahwa firqah wahabi adalah Firqah yang sesat. Disebutkan dalam kitab "Al-Mi’yar" yang ditulis oleh Al Imam Al-Wansyarisi, beliau menyebutkan bahwa "Al-Imam Al-Lakhmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang Wahabiyyun membangun sebuah masjid, “Bolehkah kita Sholat di Masiid yang dibangun oleh orang-orang wahabi itu?”.
Maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab: “Firqah Wahabiyyah adalah firqah sesat, yang masjidnya wajib dihancurkan, karena mereka telah menyelisih jalannya kaum mu’minin, dan telah membuat bid’ah yang sesat dan wajib bagi kaum muslimin mengusir mereka dari negeri-negeri islam".

(Perlu kita ketahui bahwa Imam Al-Wansyarisi dan Imam Al-Lakhmi adalah ulama Ahlusunnah wal jama'ah)

Dosen itu berkata lagi : “Saya rasa kita sudah sepakat akan hal ini, bahwa tindakan kalian adalah salah selama ini,”

Kemudian Asy-Syaikh menjawab : ”Tunggu dulu..!! kita belum sepakat. Lagipula diskusi kita ini baru dimulai, dan perlu anda ketahui bahwasanya sangat banyak fatwa seperti ini yang dikeluarkan oleh para ulama sebelum dan sesudah Al-Lakhmi. Untuk itu tolong anda sebutkan terlebih dahulu kitab yang menjadi rujukan kalian itu!”

Dosen itu berkata: ”Anda ingin saya membacakan fatwanya saja, atau saya mulai dari sampulnya?”

Asy-Syaikh menjawab: ”Dari sampul luarnya saja.”

Dosen itu kemudian mengambil kitabnya dan membacanya: ”Namanya adalah "Kitab Al-Mi’yar", yang dikarang oleh Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi. Wafat pada tahun 914 H di kota Fas, Maroko.”

Kemudian Asy-Syaikh berkata kepada salah seorang penulis di sebelahnya: “Wahai syaikh, tolong catat baik-baik, bahwa Imam Al-Wansyarisi wafat pada tahun 914 H. Kemudian bisakah anda menghadirkan biografi Imam Al- Lakhmi?”

Dosen itu berkata: “Ya.”

Kemudian dia berdiri menuju salah satu rak perpustakaan, lalu membawakan satu jilid dari salah satu kitab-kitab yang mengumpulkan biografi ulama. Di dalam kitab tersebut terdapat biografi Ali bin Muhammad Al-Lakhmi, seorang Mufti Andalusia dan Afrika Utara.

Kemudian Asy-Syaikh berkata : “Kapan beliau wafat?”

Yang membaca kitab menjawab: “Beliau wafat pada tahun 478 H“

Asy-Syaikh berkata kepada seorang penulis tadi: “Wahai syaikh, tolong dicatat tahun wafatnya Syaikh Al-Lakhmi” kemudian ditulis.

Lalu dengan tegasnya Asy-Syaikh berkata : “Wahai para masyaikk..!! Saya ingin bertanya kepada antum semua. Apakah mungkin ada ulama yang memfatwakan tentang kesesatan suatu kelompok yang belum ada (lahir)? kecuali kalau dapat wahyu?”

Mereka semua menjawab : “Tentu tidak mungkin, Tolong perjelas lagi maksud anda!”

Asy-syaikh berkata lagi : “Bukankah wahabi yang kalian anggap sesat itu adalah dakwahnya yang dibawa dan dibangun oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab?”

Mereka berkata : “Siapa lagi?”

Asy-Syaikh berkata: “Coba tolong perhatikan!! Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H.

Nah, ketika Imam Al-Lakhmi berfatwa seperi itu, jauh RATUSAN TAHUN lamanya sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir, bahkan sampai 22 generasi ke atas beliau belum ada yang lahir, apalagi berdakwah!!

KAIF?? GIMANA INI??” (Merekapun terdiam beberapa saat)

Kemudian mereka berkata: “Lalu sebenarnya siapa yang dimaksud Wahabi oleh Imam Al-Lakhmi tersebut? Mohon dielaskan dengan dalil yang akurat, kami ingin mengetahui yang sebenarnya!”

Asy-Syaikh pun menjawab dengan tenang: “Apakah anda memiliki kitab "Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya", yang ditulis oleh Al-Faradbil, seorang berkebangsaan Perancis?”

Dosen itu berkata: “Ya ini ada.”

Asy-Syaikh pun berkata: “Coba tolong buka di huruf “Wau”. Maka dibukalah huruf tersebut dan munculah sebuah judul yang tertulis “Wahabiyyah“.

Kemudian Asy-Syaikh menyuruh Dosen itu membacakan biografi firqah wahabiyyah itu.

Dosen itu pun membacakannya: ”Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte KHAWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi. Orang ini telah banyak menghapus Syari’at Islam, dia menghapus kewajiban ibadah haji dan telah terjadi peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya. Dia wafat pada tahun 197 H di kota Thorat, Afrika Utara.
Penulis mengatakan bahwa firqah ini dinamai dengan nama pendirinya, dikarenakan ia telah memunculkan banyak penyimpangan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka sangat membenci Ahlu Sunnah.

Setelah Dosen itu membacakan kitabnya Asy-Syaikh berkata: “Inilah Wahabi yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi, inilah wahabi yang telah memecah belah kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang kalian miliki.

Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang didukung oleh Imam Muhammad bin Sa’ud -rahimuhumallah-, maka dia bertentangan dengan praktek dakwah Khawarij, karena dakwah beliau tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih. Dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan dengan keduanya. Beliau mendakwahkah tauhid, melarang perbuatan syirik, mengajak umat kepada Sunnah dan menjauhi bid’ah, dan ini merupakan Manhaj Dakwah para Nabi dan Rasul.

Syubhat/isu yang tersebar dinegeri-negeri Islam saat ini tidak lain adalah hasil propagandakan musuh-musuh islam dan dibantu oleh kaum muslimin yang kurang paham, atau yang paham tapi cetakan liberal, sekuler dan beraliran sesat seperti Syiah dan gulatushofi agar terjadi perpecahan dalam barisan kaum muslimin, terutama kaum Ahli sunnah wal jama'ah.

Sebagaimana diketahui bahwa dulu para penjajah menguasai negeri-negeri islam pada masa dimana saat itu adalah puncak kekuatan mereka. Mereka tahu betul kenyataan lapangan pada perang salib bahwa musuh utama mereka adalah kaum muslimin yang bebas dari noda yang pada waktu itu menamakan dirinya dengan Salafiyyah. Sementara sekte Syiah, aliran Bathiniyyah dan Gulatu Asoufi justru berkolaborasi dengan musuh.

Belakangan musuh mendapatkan sebuah senjata yang siap pakai. Mereka pun langsung menggunakan isu ini (Wahabi) sebagai propaganda mereka untuk membuat manusia & kaum muslimin sendiri lari dari islam yang hanif. Memecah belah sesama kaum muslimin, sesuai dengan moto mereka "فرق تسود". “PECAH BELAHLAH, NISCAYA KAMU AKAN MENGUASAI MEREKA”.

Shalahuddin Al-Ayubi sendiri tidak bisa mengusir mereka keluar dari negeri Syam secara optimal kecuali setelah runtuhnya daulah Fathimiyyah Al-Ubaidiyyin di Mesir. Kemudian beliau (Shalahuddin) mengirim ulama-ulama ahlusunnah dari Syam untuk berdakwah di negeri Mesir. Sehingga berubahlah wajah negeri Mesir dari yang tadinya berakidah Syiah Bathiniyyah menjadi Ahlusunnah Wal Jama'ah yang jelas dalil, amalan dan keyakinan sampai saat ini.

Wallaahu'alam bissawaab...

Ref: Kitab "Al-Kamil Fi at-Tarikh" karya Izzuddin bin Ibnul Atsir, cet-10, Darul Kitab Al-Arabi, 1997, Beirut.
---------------

This post has been edited by abu.shofwan: Jul 26 2017, 04:50 PM
abu.shofwan
post Jul 26 2017, 06:55 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(Mubarak90 @ Jul 26 2017, 06:06 PM)
Perkongsian yang baik saudara.
Di sini saya share kan pula status daripada saudara saya, seorang ustaz, tentang pendapat dia berkenaan isu wahhabi ini.
"MEMBETULKAN sedikit kekeliruan ttg isu Pseudo Salafi/Wahabi.

*Tulisan ini khas bagi yg terkeliru dgn beberapa fakta berkenaan dgn fahaman wahabi/salafi sahaja, sbb saya rasa sebahagian dr kita mgkin sudah ada yg sedia maklum terhadap apa yg akan saya sebutkan.

Ada sebahagian dari kita masih samar2 terhadap fahaman Pseudo Salafi ini serta sejarah bermulanya fahaman yg bermasalah ini. Ada yg menganggap ianya bermula di zaman Muhammad bin Abdul Wahab, ada jg yg menganggap ianya adalah cetusan dari pihak British utk mewujudkan perpecahan bagi memastikan kejatuhan Khilafah Uthmaniyyah terlaksana, ada jg yg terikut dgn rentak & gelaran aliran yg diberi iaitu ‘kaum muda’ & ‘kaum tua’ yg tidak ada apa2nya, tak kurang jg yang mengatakan fahaman ini satu ‘tajdid’ (pembaharuan) murni pada usaha2 menegakkan tauhid, dan banyak lagi anggapan yang pada nilaian saya semuanya tidak tepat sepenuhnya. Hingga dari kekeliruan yg wujud itu maka lahir pelbagai andaian & tindakan yg tidak tepat seperti tidak mengambil berat pd isu fahaman yg rosak ini, bermudah2 pd isu2 yg berlegar ttg akidah, serta secara tidak langsung membiarkan fahaman ini terus merobek & merosakkan kesatuan umat.

Ketahuilah bahawa sejarah fahaman Pseudo Salafi ini adalah kelangsungan dari pecahan madrasah ahlil hadith yg dipelopori oleh al imam Ahmad ibn Hanbal sejak kurun ke 3 hijrah lagi, ketika usaha2 Aswj menentang aliran Muktazilah di zaman Khilafah Abbasiah. Setelah perdebatan demi perdebatan akhirnya Muktazilah berjaya ditundukkan. Namun ketika itu fahaman ini belum terzahir secara jelas kerana ketokohan & keilmuan imam ahli Sunnah al imam Ahmad ibn Hanbal serta kehaibahan aliran Asya’iroh yg hebat dalam membenam terus aliran Muktazilah yg jelas terpesong dari fahaman Aswj. Hinggalah pada kurun selepasnya iaitu pd kurun ke 4 hijrah, akhirnya serpihan dari pemikiran ahlil Hadith ini telah mula menzahirkan diri, dgn mendakwa pula pendapat2 mereka adalah dinisbahkan kpd imam Ahmad. Sedangkan segala pandangan mereka itu  adalah jelas jauh melencong dari fahaman imam Ahmad itu sendiri.

Di waktu itu mereka mula mngobar-ngobarkan beberapa  pendapat mereka yg menyalahi manhaj serta pendapat2 para aimmah sebelumnya. Seperti meng’ithbat’kan beberapa sifat Allah SWT, memahami nusus2 dgn secara zahirnya, konsep tafwid yg salah difahami, dan banyak lg. Segala yg dibangkitkan itu byk menyalahi jumhur mazhab malah menyalahi jg mazhab yg mereka berpaut itu sendiri yakni mazhab Hanbali. Kerana itu jgn terkejut apabila kita sering mendengar perkataan para ulama yg menyebut istilah ‘kecuali sebahagian al Hanabilah’ (yakni ditujukan kpd pengikut2 Hanabilah yg mujassimah). Mereka ini zahirnya seakan2 dari kelompok mazhab Hanbali, akan tetapi sebaliknya merekalah yg banyak menyalahi pendapat2 mazhab Hanbali. Malah jika hendak dikira lebih dari 100 permasalahan terdapat khilaf2 antara mereka dgn mazhab Hanbali.

Namun kemunculan mereka itu seakan2 tidak mempengaruhi & tidak memberi kesan apa2, malah fahaman mereka yg merosot, ditolak oleh umat & pemerintah, kerana bersatunya para fuqoha muslimin bersama ahli hadith yg lain menyebelahi mazhab Hanbali & aliran Ash’ari. Lalu kekallah aliran Ash’ari sebagai tonggak utama penerus legasi fahaman salaf & pembela akidah Aswj yg sebenar. Dengan itu lenyaplah seketika fahaman Pseudo Salafi ini, yakni bertahan sekadar 1 @ 2 generasi shj lalu terus tenggelam.

Pada saya, bibit2 kemunculan fahaman ini bermula lebih awal sbelum kurun ke 4 lagi, iaitu pada zaman sahabat lagi ketikamana mulanya fitnah Khawarij di zaman sidna Uthman bin Affan. Kerana jika direnung dalam2 cara fikir & fikrah Khawarij ini, adalah tak ubah seperti cara berfikirnya golongan Pseudo Salafi, cumanya golongan Khawarij ini tidaklah mendakwa mereka itu Salafi kerana mereka sedang hidup di zaman golongan salaf. Walau mereka itu hidup di zaman para salaf, tetapi manhaj mereka bukanlah manhaj salaf malah tidak layak langsung utk dinisbahkan manhaj mereka itu adalah manhaj para salaf. Kewujudan serta pengaruh mereka jg tidak lama, selepas 2 @ 3 generasi shj kekuatan mereka terus dilumpuhkan oleh Hajjaj ibn Yusof as Thaqofi di era pemerintahan khilafah Umawiyyah. Kenapa pula saya cuba mengaitkan fahaman Khawarij dgn Pseudo Salafi? Bukankah mereka agak berlainan? Sebagai contoh mudah supaya huraian tidak meleret panjang, renunglah sendiri bagaimana gerakan ISIS skrg ini iaitu gerakan yg layak digelar sebagai Khawarij zaman ini, bahawa ianya mempunyai pertalian fikrah dan usul akidah yg sgt jelas diambil atau bersamaan dgn usul2 kefahaman aliran Pseudo Salafi/wahabi ini.

Masa terus berlalu, kurun demi kurun hinggalah pada kurun ke 7 munculnya seorang yg mahsyur dikenali dgn nama ibn Taymiyyah, yang mana beliau boleh jg digelar sebagai pencetus gelombang ke 2 kepada fahaman ini setelah terkubur seketika. Kebetulan ketika itu musibah sedang melanda umat Islam, hingga ibu kota khilafah Abbasiyah jg telah tumbang di tangan tentera Tartar pd thn 656 hijrah. Yang akhirnya menjadi pemangkin jg kepada kembalinya fikrah salafi ini, melalui usaha2 & kepentingan pada sisi siasah (politik), serta pada masa yg sama menggunakan hujah yg sama seperti apa yg dihujahkan pd zaman ini, iaitu seruan utk menghidupkan kembali aqidah & manhaj salaf demi memastikan kebangkitan mereka berjaya & diterima oleh umat. Namun sunnatullah itu tetap ia berlaku sebagaimana ianya telah ditetapkan. Yakni kebenaran itu tetap akan kekal dijulang. AsSawad al A’zam (Aswj dari Asyairoh & Maturidiyah) tidak akan dapat dilenyapkan dari dunia Islam kerana Allah pasti memelihara kebenaran sehingga hari penghabisan. Sebaliknya fikrah Salafi ini pula menjadi lenyap buat kali ke 2 di telan zaman. Yakni seperti biasa hanya kekal ia pada 2 @ 3 generasi sahaja lalu terus tenggelam ia seperti  tenggelam ia sebelum-sebelumnya.

Kemudian masa terus berlalu, agak lama fitnah mereka terkubur pd kali ini. Hinggalah pada kurun ke 18 masihi muncullah seorang yg bernama Muhammad bin Abdul Wahab, sebagai pencetus fikrah salafi ini buat kali ke 3 di bumi ini. Beliau membawa dakyah yg sama seperti tokoh2 Pseudo Salafi sebelumnya, kebetulan ketika itu adalah masa2 kelemahan & kemerosotan di akhir2 pemerintahan khilafah Uthmaniyyah, serta bermulanya jg pengaruh penjajahan barat ke dunia Islam, iaitu secara tak langsung telah membuatkan fahaman ini kembali kuat, malah mula merebak pula ke kebanyakkan negara2 Islam di timur & barat. Ketahuilah bahawa umat Islam tak pernah ditimpa fitnah pemikiran ini kecuali hanyalah pada ketika2 kerajaan Islam yg sedang lemah serta umat jg dlm byk kelalaian & kejahilan. 

Pada ketika inilah istilah Wahabi mula digunakan ke atas pengikut2 fahaman Pseudo Salafi, iaitu dinisbahkan kpd Muhaammad bin Abd Wahab pencetus ke 3 fahaman ini. Akan tetapi ramai dari pengikutnya agak malu-malu kucing utk menerima gelaran wahabi tersebut, itu yg agak menjadi kehairanan saya. Fitnah ini sedang berterusan hingga kini, tak perlu lagi saya sentuh panjang2 apa yg dibawa oleh mereka kerana rata2 dari kita sudah mengetahuinya.

Cuma apa yg lebih penting utk saya sentuh, adalah kepentingan kesedaran kita kepada aliran pemikiran serta fahaman yg mereka bawa ini. Ketahuilah bahawa ia adalah ibarat kanser yg sedang membarah menyakiti agama kita yg mesti diubati sebaiknya. Ketahuilah juga bahawa ia adalah merupakan satu ujian & fitnah ke atas umat Islam sejak bermula sejarah mereka seperti yg telah saya kupas secara ringkas pada awal tulisan sehinggalah berlanjutan ke zaman ini. Kebangkitan & kewujudan mereka oleh Allah SWT adalah sebagai satu teguran kpd umat apabila bertindak menjauhi amalan agama. Dan ia juga sebagai satu muhasabah bahwa pemerintahan Islam sedang dilanda kelemahan & kemerosotan yg amat. Seterusnya ia juga adalah asbab utk Allah menyinarkan kembali fahaman Aswj yg sebenar, dan utk mengembalikan kekuatan pemerintahan Islam setelah umat mulai kembali sedar & bangkit akibat terasa diancam oleh fahaman yg jauh dari kemurnian Islam yg sebenar.

Maka jgn sekali2 kita menganggap  isu Pseudo Salafi/Wahabi ini adalah satu isu remeh yg tidak penting utk ambil perhatian. Jgn sesekali hnya menganggap ianya satu isu mainan barat supaya kita sesama Islam bercakaran. Isu ini telah lama menyelusuri sejarahnya, bukanlah masih baru. Semasa kurun ke 4 hijrah barat masih di zaman gelap lagi, kenapa mereka pula yg dituju menjadi penyebabnya!. Ketahuilah bahawa ini adalah isu pemurnian akidah umat Islam, pemeliharaan fahaman Aswj, yg secara tidak langsung menjadi pemeliharaan kpd agama itu sendiri, yakni isunya sgt besar mengatasi isu politik dan negara dan lain-lain.

Pandangan peribadi saya, kewujudan fahaman ini pada zaman ini adalah kewujudan mereka yg terakhir. Skrg pun penerus fahaman ini sudah pun di generasi yg ke 3, seperti biasa mengikut sejarah2 sebelumnya fahaman mereka ini akan terhapus tak lebih dr 3 generasi. Kenapa jg saya berkata ini kewujudan mereka yg terakhir? Kerana kita sudah berada di akhir zaman, ketahuilah bahawa sikit masa lagi fahaman ini akan dilumatkan terus oleh pemegang kunci pemerintahan fasa ke 5 dunia yg akan ditegakkan atas sebenar2 fahaman iaitu atas Manhaj Nubuwwah.


» Click to show Spoiler - click again to hide... «
."
*
Sorry, care to give summary? Tried to read, but got confused. Is it good or is it bad? At the beginning it says it (the wahabi) has its roots from the teachings/school of Hanbali. Which should mean it's good. But in the end, he said it will be obliterated by the true teaching, which is manhaj nubuwah, which seems to mean it's bad.
abu.shofwan
post Jul 26 2017, 07:20 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(seiferalmercy @ Jul 26 2017, 07:17 PM)
kalau ribut tinja sat lg aku start delete

just sayin 🌚🌚🌚
*
Wooaaa
What's this all about?
Sabar bro... Don't get trigger happy yet...
abu.shofwan
post Jul 27 2017, 09:35 AM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


Actually, I am also not up to date on that matter.
But like what was discussed in the latest/previous posts, I think it is unwise for us to dwell in such matters. If they proceed with the debate, so be it. If not, so be it.
I judge myself not knowledgeable on who's wrong and right (or closer to the truth) to benefit from such a debate. I am afraid that it will take me more astray from the correct path than I already am.
Let us not be distracted from our true objective: to enter jannah. and to me, the best way to do that is to mimic/copy, as best as we can, the deeds of those people who were guaranteed to enter the heavens.
abu.shofwan
post Jul 27 2017, 11:20 AM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(McF7y @ Jul 27 2017, 10:14 AM)
I agree with you on that.

Debating these issues will only matter if we intend to put the newfound rulings into practice. If it's just going to be to prove one person's knowledge over another then we're missing the point.

As you stated, true objective is to achieve jannah.
*
Thank you brother.

I don't really like debates, because the heat of the moment can cloud our (the viewers) judgment. Also, during a debate, the debaters don't really have all the time/opportunity to divulge all their basis of argument, maybe just one or two. And as you know, often we have to look at so many basis (hadeeth, atsar, in addition to Quran) before making a conclusion. I prefer to read arguments, journals, or basically the writings which tackle the issues, where the writers have all the time to compile their basis.
abu.shofwan
post Jul 27 2017, 09:39 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


Since it's Thursday night already
Just a friendly, or brotherly, reminder... Please read the Quran, in particular surah 18

There are saheeh ahaadeeth from the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) concerning the virtues of reciting Soorat al-Kahf during the day or night of Jumu’ah (Friday). These include:

(a) From Abu Sa’eed al-Khudri, who said: “Whoever reads Soorat al-Kahf on the night of Jumu’ah, will have a light that will stretch between him and the Ancient House (the Ka’bah).”

(Narrated by al-Daarimi, 3407. This hadeeth was classed as saheeh by Shaykh al-Albaani in Saheeh al-Jaami, 6471)

(b) “Whoever reads Soorat al-Kahf on the day of Jumu’ah, will have a light that will shine from him from one Friday to the next.”

(Narrated by al-Haakim, 2/399; al-Bayhaqi, 3/249. Ibn Hajar said in Takhreej al-Adhkaar that this is a hasan hadeeth, and he said, this is the strongest report that has been narrated concerning reading Soorat al-Kahf. See: Fayd al-Qadeer, 6/198. It was classed as saheeh by Shaykh al-Albaani in Saheeh al-Jaami’, 6470)
abu.shofwan
post Jul 28 2017, 08:54 AM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(monara @ Jul 28 2017, 12:16 AM)
Thanks for the nice info regarding surah al kahfi, indeed its sunah for malam jumaat.
Iianm another fadilat of this surah is for prevention from fitnah dajjal. Wallahualam.
*
yes, there are authentic hadeeths related to this fadilat. one would be protected from the finah dajjah if one memorized the first 10 ayat (another hadeeth says, the last 10) of this surah.

let's make it a habit to finish this surah every friday (starting from the maghrib time of the preceding thursday)

in my experience, if we can read the quran quite fluently, it takes about 1 - 2 hrs max to finish the surah. if we are expert (which i'm not - i still stutter), it can be done in much less than that. so, it might be good for us to arrive 30 minutes before the jumaah starts to read the first half and then complete within 30 minutes it after the prayer. what i do is actually read a bit at night, then 30 minutes before jumaah, and complete after the prayer. sometimes when i couldn't finish, i would do so after praying asar...
abu.shofwan
post Jul 28 2017, 11:02 AM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(Mubarak90 @ Jul 28 2017, 10:23 AM)
You can also try to read some (Surah al-Kahf) before/after Subh prayer. smile.gif
*
aiyooo.... for subuh, usually got so many things to do lar... not to mention a lot of us need to leave early to go to work on time.

so unfortunately i got quite limited sit-down opportunities. maybe can only add duha prayer - if work permits.
abu.shofwan
post Jul 28 2017, 11:08 AM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(seiferalmercy @ Jul 28 2017, 11:00 AM)
aku tgh iman down ni

malas2 buat ibadat

ade la agaknya apa benda aku buat hati jd gelap

payah nak recover ni
*
Come
Lets schedule a tea tarik session
Casual style, nothing serious
abu.shofwan
post Jul 28 2017, 12:07 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


i have not yet read any literature that explains the how and why, so can only chip in with my personal understanding that Allah will grant us the protection if we are one of those that memorized the ayahs. is it not within His powers to do so anyway? so it's like a reward He grants to those that memorized them. Here is the hadeeth related to this topic... literally, there is no explanation provided in the narration itself.

Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

“Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim no. 809)


Sumber : https://rumaysho.com/12247-keutamaan-mengha...t-al-kahfi.html
abu.shofwan
post Jul 31 2017, 02:03 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


There is a thread about the use of "bin Abdullah" name in /k
I would think we should retain from commenting there as anything we say, no matter how true or correct, will just invite trolling.
In any case, the use of the biological father's name is not allowed in Islam, regardless if that person end up marrying the woman after the deed. A forumer already linked some literature on this from Islamqa.info.
abu.shofwan
post Aug 1 2017, 08:06 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ الَّذينَ يصنَعونَ هذِه الصُّوَرَ يعذَّبونَ يومَ القيامةِ ، يقالُ لَهم : أحيوا ما خلقتُمْ

“orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ أشدَّ النَّاسِ عذابًا عندَ اللَّهِ يومَ القيامةِ المصوِّرونَ

“orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال اللهُ عزَّ وجلَّ : ومن أظلم ممن ذهبَ يخلقُ كخَلْقي ، فلْيَخْلُقوا ذرَّةً ، أو : لِيخْلُقوا حبَّةً ، أو شعيرةً

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).



Sumber: https://muslim.or.id/26684-hukum-menggambar...k-bernyawa.html
abu.shofwan
post Aug 1 2017, 08:07 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


With regard to forbidden kinds of pictures, an exception is made in cases of necessity, such as drawing pictures of criminals so that they will be known and caught, or pictures for identity cards which are essential and which cannot be obtained otherwise, and other cases of necessity. If the ruler decides that producing images of criminals is necessary, because of the seriousness of their crimes and to protect the Muslims from their evil when they are known, or for other reasons, there is nothing wrong with that. Allaah says (interpretation of the meaning):

“…He has explained to you in detail what is forbidden to you, except under compulsion of necessity …”

[al-An’aam 6:119]
abu.shofwan
post Aug 2 2017, 02:59 PM

Regular
******
Senior Member
1,455 posts

Joined: Jan 2015
From: Qatar


QUOTE(McF7y @ Aug 2 2017, 01:01 PM)
With regard to this, firstly I apologise as I do not have the evidence right now, but I believe it refers to pictures or sculptures done with one's own hand. So for example, drawing, painting, sculpting, sewing (with one's own hand(s)) of animated beings is haram. Photographs with a camera for example are allowed. But even in this, I believe there is a difference of opinion.

Again, sorry as I do not have the evidence at hand, just chipping in from what I remember.
*
No worries... We here do not condemn people speaking out of memory. If we suggest correction to people, we do it out of love for Allah.

Anyway, i believe there are other hadeeths related to this which explains that it's not only those that we create with our own hands. The one that I recall is the one where Aishah R. A. Used curtains decorated with pictures of living things, narrated by both Muslim n Bukhari. She ended up shredding it, repurposing for pillow case or some bedding sheet. My understanding is that the pictures when shredded did not contain the head part anymore as there are other dalil that mentions you can use the pictures if the heads are removed (for the sake of clarity, no I'm not talking about BEHEADING, just the removal of the head parts of the pictures only laa)

Another hadeeth also concerning the curtain, but narrated by Abu Daud n An Nasa'i stated that Jibril did not enter the Prophet's (SAW) house because of that.

Obviously the curtains were not drawn/painted by Aishah's own hands.

Wallahu a'lam.

Summarized in my own words from article in www.muslim.or.id

17 Pages « < 8 9 10 11 12 > » Top
Topic ClosedOptions
 

Change to:
| Lo-Fi Version
0.1854sec    0.36    7 queries    GZIP Disabled
Time is now: 2nd December 2025 - 07:57 PM